Layan : HL Jangan Ajari Rakyat Tanimbar Metode Perjuangan PI 10 Persen
Rabu, 14 April 2021
PELITA MALUKU.COM
Bagikan

Layan : HL Jangan Ajari Rakyat Tanimbar Metode Perjuangan PI 10 Persen

Saumlaki, Pelita Maluku.com - Melansir pemberitaan pada 10 April kemarin, di salah satu media Online di daerah ini, yang disampaikan Salah satu Anggota DPR RI asal Maluku Hendrik Lewerissa, terkait pengelolaan PI 10 Persen, akhirnya disikapi oleh Ketua KNPI Kabupaten Kepulauan Tanimbar Ongen Layan, SE.

Lewat release yang disampaikan kepada Pelita Maluku.com, Layan memberikan apresiasi atas perhatian Hendrik Lewerissa, sebagai anggota DPR RI, namun sangat disayangkan mengapa baru hari ini Hendrik Lewerissa muncul seperti “penasihat agung” bagi kami orang Tanimbar ?;

Menurutnya, statement Hendrik Lewerissa,  yang meminta “agar masalah PI 10% tidak dikelola untuk kepentingan politik dengan memunculkan narasi-narasi heroik untuk dipuji oleh masyarakat Maluku, lebih khusus lagi di KKT. Padahal, pemahaman yang disampaikan justru menyesatkan dan kontra produktif”, telah melukai hati kami orang Tanimbar. 

Dari hal ini muncul pernyataannya, 

siapakah yang dimaksudkan oleh Hendrik Lewerissa, yang telah mengelola masalah PI 10% untuk kepentingan politik?. Perlu di beritahukan bahwa seluruh komponen rakyat Tanimbar termasuk 25 Anggota DPRD KKT yang berasal dari berbagai latar belakang Partai Politik telah bersepakat bahwa kepentingan politik dalam perjuangan PI 10% cuma satu, yaitu hak orang Tanimbar atas pengelolaan PI 10% sebagai imbalan atas operasional OLNG di tanah Tanimbar. 

Bahwa kemudian ada tokoh-tokoh kami yang hari ini karena kedudukannya mendapat panggung untuk memperjuangkan kepentingan politik rakyat Tanimbar, itu semata-mata karena jabatan, jangan dikerdilkan serta dilabeli dengan embel-embel “kepentingan politik”. Apakah soal remeh-temeh ini harus kami jelaskan ke orang sekelas Hendrik Lewerissa ?. 

Tentu kami tidak berharap  Hendrik Lewerissa sedang memainkan politik faith a conflict kepada kami sesama anak Tanimbar agar saling mencurigai satu dengan yang lainnya.

Dimanakah dan siapakah yang menampilkan “narasi-narasi heroik untuk dipuji oleh rakyat Maluku, lebih khusus lagi di KKT” yang dimaksudkan oleh Hendrik Lewerissa?.

Bahwa dalam suatu perjuangan, “jurus pertama” adalah bagaimana membangkitkan kesadaran (bewust) rakyat sebagaimana pernah dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan. 

Bung Karno misalnya, memiliki narasi yang sangat heroik “berikan aku 10 pemuda, maka aku akan mengguncang dunia”. Demikian halnya Pak Prabowo Subijanto saat mencalonkan diri sebagai Presiden, mengemukakan narasi heroiknya: “macan Asia”. Tapi apakah Bung Karno dan Pak Prabowo bermaksud untuk dipuji oleh rakyat? Bukankah tujuannya adalah membangkitkan kesadaran dan semangat rakyat dalam perjuangan? Sehingga narasi-narasi heroik itu lumrah dan bukan barang tabu dalam teori perjuangan. Tetapi, yang harus dihafal oleh Hendrik Lewerissa, adalah orang Tanimbar tidak butuh pujian, tapi butuh hak atas PI 10% Blok Masela. 

" Jadi jangan membangun opini dengan narasi tentang perjuangan PI 10% yang mendiskreditkan kami bahwa seolah-olah kami berjuang untuk sebuah pujian. 

Yang manakah “pemahaman yang disampaikan justru menyesatkan dan kontra produktif” yang pernah disampaikan oleh orang Tanimbar yang dimaksudkan oleh Hendrik Lewerissa?," ungkap Layan.

Kata Layan, kami orang Tanimbar memang tidak sehebat Hendrik Lewerissa, tapi budaya dan peradaban yang dibangun oleh leluhur-leluhur kami telah mengajarkan kami tentang cara menghargai milik orang lain, tradisi hidup baku sayang Duan deng Lolat, dan tentu sedikit budaya hidup orang totua Lease “sagu salempeng pata dua”.  

Atas poin 1 dan 2 tersebut , Layan merasa perlu sampaikan kepada  Hendrik Lewerissa, sebagai politisi senayan agar budayakan membaca dan kedepankan “politik kasih” supaya dapat menyelami kedalaman nurani rakyat dan menjadi “penyambung lidah  rakyat” yang bijak, bukan sebaliknya mencari panggung kecil-kecil dengan pernyataan yang arahnya kurang jelas dan hanya terkesan menggurui seperti “penasihat agung” tetapi “kering isinya”. 

"Jika sdr. Hendrik Lewerissa, SH., LLM. masih terbatas dalam literasi soal PI 10% Blok Masela, lebih baik berhenti berkomentar dan jangan lagi mengajari orang Tanimbar tentang bagaimana metode perjuangan PI 10% Blok Masela. Ungkap Layan, SE.  (Gilang)

Komentar

Belum Ada Komentar