Ambon – Pemerintah Kota Ambon terus memperkuat upaya deteksi dini kanker serviks, penyakit mematikan yang masih menjadi ancaman serius bagi perempuan.
Melalui Dinas Kesehatan, Pemkot kini mengadopsi metode pemeriksaan baru berbasis tes urin yang dinilai lebih sensitif dan nyaman dibandingkan metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat).
Kepada wartawan, Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon dr. Johan S. Norimarna., M.K.M menjelaskan, setelah pandemi COVID-19, minat masyarakat untuk melakukan pemeriksaan mengalami penurunan drastis.
“Pasca COVID-19, hanya sekitar 15 persen perempuan yang melakukan pemeriksaan. Dari jumlah itu, 2 persen menunjukkan tanda-tanda berisiko, dan 5 persen di antaranya positif kanker serviks,” ungkapnya.
Ia menyebut, berdasarkan data nasional, terdapat sekitar 36 ribu kasus kanker serviks di Indonesia setiap tahunnya, dengan 1.000 di antaranya berujung kematian. Bahkan, di Ambon sendiri baru-baru ini dilaporkan empat kasus meninggal dunia akibat kanker serviks.
“Ini alarm bagi kita semua. Karena itu, kami mengajak para perempuan, terutama usia 30 hingga 65 tahun yang sudah menikah, untuk rutin melakukan pemeriksaan,” imbaunya.
Program pemeriksaan berbasis urin ini dilakukan bekerja sama dengan PKK Kota Ambon serta komunitas perempuan di kelurahan dan desa, guna memperluas sosialisasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
Pemeriksaan dilakukan tanpa prosedur invasif seperti metode lama. Hasilnya pun lebih cepat diketahui dan dapat mendeteksi keberadaan virus penyebab kanker serviks lebih akurat.
“Kalau hasilnya positif, pemeriksaan cukup dilakukan ulang setiap lima tahun sekali. Jadi tidak perlu takut, karena pemeriksaan ini aman dan mudah dilakukan,” jelasnya.
Dengan inovasi ini, Pemerintah Kota Ambon berharap dapat menekan angka kematian akibat kanker serviks serta membangun kesadaran perempuan untuk menjaga kesehatan reproduksi mereka sejak dini.
(Pelita Maluku 007)