Dari Jayapura, Lewerissa Teguhkan Tali Gandong: Maluku dan Papua Tak Bisa Dipisahkan.”

Dari Jayapura, Lewerissa Teguhkan Tali Gandong: Maluku dan Papua Tak Bisa Dipisahkan.”

Jayapura, Pelita Maluku – Sabtu sore di Gedung Sasanakrida, Jayapura, berubah menjadi panggung kehangatan yang sulit dilupakan. 

Lagu-lagu daerah bergema, senyum dan pelukan bertebaran, sementara kain gandong dikalungkan lembut di leher Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa — simbol kasih dan persaudaraan antara dua daerah yang telah lama bertaut hati: Maluku dan Papua.

Itulah suasana perayaan 20 tahun Ikatan Keluarga Maluku (IKEMAL) Papua, yang tahun ini mengusung tema “Katong Satu Gandong”. Sebuah tema sederhana, tapi sarat makna: kita satu darah, satu hati, dan satu nasib sebagai orang basudara.

Acara tersebut dihadiri oleh Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa, didampingi Staf Ahli Gubernur Semi Huwae, serta Penjabat Sekda Papua Suzana Wanggai yang hadir mewakili Gubernur Papua Mathius Fakhiri, bersama jajaran Forkopimda Papua, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, dan perempuan dari dua wilayah yang bertetangga di timur Nusantara ini.

Dalam sambutannya, Gubernur Lewerissa mengaku bangga melihat bagaimana IKEMAL tetap kokoh menjadi rumah bagi warga Maluku yang telah menetap dan berkiprah di Tanah Papua.

“Dua puluh tahun bukan waktu yang singkat. IKEMAL adalah bukti bahwa jarak tidak mampu memisahkan persaudaraan yang lahir dari hati,” ujarnya dengan suara bergetar haru.

Ia menegaskan, keberadaan warga Maluku di Papua bukan sekadar diaspora, melainkan bagian penting dari denyut kehidupan dan pembangunan di tanah ini.

“Papua dan Maluku adalah dua saudara tua yang dibesarkan dalam satu nilai: kasih dan persaudaraan. Karena itu, di manapun orang Maluku berada, tunjukkanlah karakter sejati pekerja keras, ramah, dan menjunjung tinggi nilai kebersamaan,” tegas Lewerissa.

Gubernur juga menyerukan agar warga Maluku terus menjaga harmoni sosial dan memperkuat peran mereka dalam pembangunan Papua. Ia menyebut persaudaraan sejati tak boleh berhenti di simbol, tapi harus hidup dalam tindakan.

 “Mari kita rawat hubungan ini dengan ketulusan. Jadilah bagian dari pembangunan, bukan sekadar penonton. Sebab Papua yang maju adalah kebanggaan Maluku juga,” pesannya.

Dari pihak tuan rumah, Gubernur Papua Mathius Fakhiri, melalui sambutan tertulis yang dibacakan Suzana Wanggai, memberikan penghargaan yang mendalam kepada warga Maluku yang telah menjadi bagian dari perjalanan sejarah Papua.

“Kita punya ikatan batin yang tak lekang oleh waktu. Guru-guru dari Maluku datang membawa terang dan ilmu. Mereka menanam benih pendidikan dan peradaban yang kini kita nikmati,” ucap Fakhiri.

Ia menilai, semangat Katong Satu Gandong adalah cermin nilai luhur yang diwariskan para leluhur—tentang cinta damai, gotong royong, dan rasa saling menghormati.

 “Kita semua basudara. Tidak ada sekat, tidak ada perbedaan. Hanya ada satu ikatan: kemanusiaan dan cinta tanah air,” ujarnya penuh makna.

Perayaan dua dekade IKEMAL pun berlangsung penuh warna. Doa lintas agama, tarian tradisional Maluku dan Papua, serta lantunan lagu daerah menggugah rasa rindu akan kampung halaman.

Malam itu, Jayapura seolah menjadi Ambon yang berpindah—dalam pelukan hangat, tawa, dan air mata yang menegaskan satu hal:

Gandong bukan sekadar kata, tapi napas kehidupan yang menyatukan Maluku dan Papua untuk selamanya. (PM.007)


Sumber : https://pelitamaluku.com/dari-jayapura-lewerissa-teguhkan-tali-gandong-maluku-dan-papua-tak-bisa-dipisahkan-detail-459932