Ambon, Pelita Maluku – Di kediaman resmi Gubernur Maluku kawasan Mangga Dua, aroma kebersamaan menyeruak di tengah hangatnya jamuan makan malam. Namun lebih dari sekadar santap bersama, momen itu menjadi ruang refleksi dan kesaksian hidup seorang pemimpin yang tak lupa akar pembentuknya.
Gubernur Hendrik Lewerissa berdiri tegak di hadapan para peserta Kongres ke-30 Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM). Suaranya tegas, namun nada bicaranya sarat rasa syukur. Ia bicara bukan sebagai pejabat, melainkan sebagai anak rohani yang lahir dari rahim kaderisasi AMGPM.
“Beta berdiri di sini bukan hanya sebagai Gubernur, tapi sebagai kader sinode. Kalau bukan karena AMGPM, mungkin Beta belum sampai di titik ini. Semua yang Beta capai adalah hasil karya dan binaan AMGPM,” ucapnya, disambut tepuk tangan panjang para kader muda gereja.
Didampingi Ketua TP-PKK Maluku, Maya Baby Lewerissa, Gubernur menyambut Ketua MPH Sinode GPM, para Ketua Klasis, Pengurus Besar AMGPM, serta delegasi dari seluruh daerah. Di ruang makan yang penuh tawa dan canda itu, tersirat pesan kuat: bahwa kekuasaan tanpa kerendahan hati hanyalah panggung kosong.
Lewerissa menilai AMGPM adalah organisasi kepemudaan gereja yang berkarakter, teruji, dan memiliki sistem pembinaan kader paling kokoh di Maluku. Bagi dia, kekuatan AMGPM bukan hanya dalam jumlah anggotanya, tapi dalam roh pelayanan yang melekat di dada setiap kader.
“Struktur dan sistemnya luar biasa. AMGPM harus terus jadi mitra strategis pemerintah, sebab tidak ada pemimpin yang bisa bekerja sendiri. Program yang hebat pun akan gagal tanpa dukungan masyarakat, terutama anak-anak muda gereja,” tegasnya lantang.
Kepada seluruh pengurus dan kader AMGPM, dari tingkat daerah hingga ranting, Lewerissa memberi penghargaan setinggi langit.
“Sebagai warga senior AMGPM, Beta bangga. Teruslah jadi garam dan terang dunia. Pemerintah Provinsi Maluku akan selalu membutuhkan kader yang bekerja dengan hati, bukan dengan kepentingan,” ujarnya.
Namun di balik suasana penuh keakraban itu, Lewerissa juga menyentil hal penting: regenerasi organisasi harus tetap murni dan bebas dari kepentingan pribadi. Ia menolak dengan tegas segala bentuk campur tangan atau ambisi politik di tubuh AMGPM.
“Beta tidak punya kepentingan dalam dinamika kepengurusan. Beta hanya ingin organisasi ini tetap berdiri di atas nilai-nilai gerejawi dan semangat pelayanan sejati,” katanya lugas, disambut anggukan hormat para hadirin.
Menutup malam itu, Gubernur menyampaikan doa dan harapan yang menggugah:
“Kalau semua berjalan teratur, AMGPM akan terus jadi teladan. Katong punya cara sendiri mengatur organisasi, dan itu tidak boleh diintervensi siapa pun. Doa Beta, semoga kongres ini membawa berkat bagi AMGPM, bagi gereja, dan bagi Maluku,” tutupnya penuh keyakinan.
Malam itu, bukan sekadar jamuan makan. Ia menjadi perayaan sederhana tentang makna kepemimpinan yang lahir dari pelayanan, tentang seorang kader yang kembali ke rumah rohaninya untuk mengingat dari mana ia ditempa, dan untuk siapa ia melayani. (PM.007)