Ambon, Pelita Maluku.com – Dalam suasana penuh kehangatan dan kebersamaan, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa menggelar pertemuan dengan sejumlah perwakilan organisasi Islam dan kemahasiswaan, menyikapi polemik yang mencuat pasca pernyataan kontroversial Wakil Gubernur Abdullah Vanath saat perayaan HUT Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) beberapa waktu lalu.
Pertemuan berlangsung di ruang kerja Gubernur, Senin malam (29/7/2025), dan dihadiri perwakilan dari SEMMI, Badko HMI, PMII Maluku, KAMMI Maluku, GPI Maluku, ICMI Maluku, Aliansi Merah Putih, serta Konsep keren. Momen itu menjadi ruang dialog terbuka, mencerminkan kedewasaan dalam merawat demokrasi dan kebhinekaan di bumi Maluku.
“Saya berbicara malam ini bukan hanya sebagai Gubernur, tetapi sebagai orang Maluku,” ujar Lewerissa membuka dialog, dengan suara teduh yang mengundang simpati.
Ia menyampaikan apresiasi terhadap langkah-langkah organisasi yang lebih memilih jalur dialog, bukan konfrontasi. Gubernur menilai sikap tersebut mencerminkan kedewasaan dalam berdemokrasi dan semangat menjaga harmoni antar umat beragama.
Lewerissa tak menampik kegelisahan yang dirasakan oleh umat Islam di Maluku. Ia mengaku telah menyimak video pidato Wagub secara langsung berulang kali, serta telah berkomunikasi langsung dengan Vanath.
“Wakil Gubernur menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas kekhilafan dalam penggunaan narasi saat menyampaikan sambutan. Ia mengakui lalai, terpleset dalam improvisasi. Tidak ada sedikit pun niat untuk menista atau merendahkan agama manapun,” tegasnya.
Lebih lanjut, Gubernur menyampaikan bahwa Wagub yang sedang dalam perjalanan dinas ke Ambon, usai menghadiri pengukuhan Pamong Praja Muda di IPDN Jatinangor, menitipkan permohonan maaf secara tulus kepada seluruh masyarakat Maluku, khususnya umat Muslim.
Gubernur pun secara pribadi dan atas nama Pemerintah Provinsi Maluku menyampaikan permintaan maaf yang mendalam.
“Meski bukan saya yang mengucapkan, namun sebagai kepala pemerintahan, saya mohon maaf kepada saudara-saudara umat Muslim yang merasa tersinggung atas pernyataan itu,” ucap Lewerissa dengan tulus.
Terkait tuntutan berbagai aliansi yang mendesak adanya klarifikasi dan permintaan maaf dari Wakil Gubernur, Lewerissa menyebut hal itu sebagai bentuk kontrol publik yang sah dan patut dihargai.
“Tidak ada yang berlebihan dalam tuntutan tersebut. Ini adalah bagian dari tanggung jawab sosial dan etika dalam berdemokrasi,” katanya.
Di akhir pertemuan, Gubernur mengajak seluruh masyarakat Maluku untuk tidak larut dalam perpecahan, tetapi justru memperkuat semangat kebersamaan yang telah menjadi warisan luhur orang Maluku.
“Mari kita satukan hati, pikiran, dan energi untuk membangun Maluku yang harmonis dan lebih baik ke depan. Kita tidak boleh kehilangan semangat kita sebagai orang bersaudara,” tutupnya.
Pertemuan malam itu bukan sekadar klarifikasi, melainkan simbol kuat rekonsiliasi sosial, menyatukan kembali semangat Basudara, dalam merawat Maluku yang damai, religius, dan penuh kasih.