Ambon, Pelita Maluku – Ketua TP PKK Kota Ambon, Lisa Wattimena, mengajak seluruh elemen sekolah menciptakan lingkungan belajar yang aman dan bebas dari kekerasan. Ajakan itu disampaikan saat dirinya memberikan sosialisasi anti kekerasan terhadap anak di SMP Negeri 7 Ambon, Senin (3/11/2025).
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program PKK Kota Ambon yang berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan serta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Masyarakat, dan Desa (DP3MD).
Dalam arahannya, Lisa menegaskan bahwa upaya mencegah kekerasan terhadap anak tidak bisa hanya mengandalkan aturan, tetapi membutuhkan keterlibatan nyata dari guru, orang tua, dan lingkungan sekolah.
“Kami tidak hanya datang untuk memberi informasi, tapi untuk mengajak semua pihak bergerak bersama menciptakan suasana belajar yang aman, nyaman, dan penuh kasih,” ujar Lisa.
Ia menjelaskan, materi yang disampaikan merupakan bagian dari program inovatif ‘Belajar Menjadi Orang Tua Hebat’ (BerOBAT) program edukatif yang dikembangkan TP PKK Kota Ambon untuk menanamkan pola asuh positif.
Khusus dalam kegiatan ini, materi disesuaikan dengan kebutuhan guru dan siswa, dengan fokus pada pendidikan tanpa kekerasan, pemahaman psikologi anak, serta komunikasi yang membangun empati.
Lisa menambahkan, keberhasilan mencegah kekerasan sangat bergantung pada keteladanan dan rasa kasih dari orang dewasa.
“Anak-anak bukan hanya masa depan keluarga, tetapi juga masa depan Kota Ambon. Tugas kita memastikan mereka tumbuh dalam ruang yang aman, dihargai, dan dicintai,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala SMP Negeri 7 Ambon, Anthon Anakotta, menyampaikan apresiasi atas perhatian Ketua TP PKK Kota Ambon terhadap dunia pendidikan.
“Kehadiran Ibu Lisa adalah bentuk kepedulian dan cinta bagi para guru serta siswa kami. Semoga sosialisasi ini membuka kesadaran bersama untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan,” ujarnya.
Anakotta menilai, sekolah memiliki peran penting dalam menjaga peserta didik dari kekerasan fisik, verbal, maupun emosional.
“Kolaborasi antara sekolah, pemerintah, dan orang tua harus terus diperkuat. Sosialisasi ini jangan berhenti di seremoni, tapi menjadi gerakan nyata membangun budaya sekolah yang bebas kekerasan dan diskriminasi,” tandasnya.