Ambon, Pelita Maluku – Program pencarian bibit atlet disabilitas Indonesia tahun 2025 bertema “Semangat Inspiratif Mendobrak Batas” resmi digelar di Sport Hall Karang panjang, Ambon, Senin–Selasa (29–30/9/2025).
Kegiatan ini terselenggara atas kolaborasi NPC Indonesia dengan Kejaksaan Agung RI melalui Jaksa Agung Muda Intelijen.
Ketua NPC Indonesia melalui Ketua I Bidang Organisasi, Rio Suseno, menegaskan pentingnya pembinaan jangka panjang bagi atlet disabilitas agar mampu bersaing di level dunia.
“Juara Olimpiade maupun Paralimpik lahir dari proses panjang, rata-rata butuh 10–12 tahun dengan 12.000 jam latihan. Karena itu, pembinaan harus dimulai sejak usia 10–13 tahun,” tegasnya.
Rio juga menyoroti tantangan besar dalam mempertahankan atlet muda. Banyak yang hilang saat transisi dari junior ke senior karena masa depan dianggap tidak jelas.
“Kuncinya ada pada sinergi organisasi dengan orang tua. Anak-anak butuh dukungan penuh, karena jalan menjadi atlet itu berat. Latihan setiap hari pagi dan sore tidaklah mudah, tapi itulah harga sebuah prestasi,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua NPC Maluku, Adios Aztan, yang juga atlet nasional berprestasi, menyambut optimis program ini. Ia menekankan bahwa kolaborasi dengan Kejaksaan Agung menjadi langkah penting dalam membuka peluang baru bagi atlet difabel.
“Maluku adalah provinsi ke-17 yang melaksanakan program ini. Dari sini kita berharap lahir atlet yang kelak bisa mengibarkan Merah Putih di ajang internasional,” kata Adios.
Ia juga mengingatkan bahwa dulu penyandang disabilitas termarjinalkan, namun kini di era Presiden Joko Widodo, hak dan penghargaan mereka disetarakan dengan atlet umum, termasuk bonus prestasi hingga miliaran rupiah.
“Hari ini kita tidak lagi bicara keterbatasan. Kita bicara tentang kesempatan untuk membuktikan diri di panggung dunia,” tegasnya.
NPC Indonesia telah menyeleksi lebih dari 2.000 calon atlet dari 16 provinsi. Mereka yang lolos akan dibina di training camp megah seluas 10 hektare di Karanganyar, Solo, yang dibangun oleh pemerintah pusat.
“Anak-anak yang hari ini masih nol besar, suatu saat bisa membuat Indonesia Raya berkumandang di luar negeri. Itu harapan besar kita,” tutup Adios. (PM.007)