Ambon, Pelita Maluku – Sejarah baru tercipta di Kota Ambon. Profesi pedagang tradisional perempuan yang dikenal sebagai Mama-mama Papalele kini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional oleh Kementerian Kebudayaan. Penetapan tersebut dilakukan dalam Sidang Penetapan WBTB di Jakarta, Jumat (10/10/2025).
Langkah ini bukan sekadar pengakuan formal, tetapi juga bentuk penghormatan negara terhadap ketangguhan, kejujuran, dan semangat hidup para Mama Papalele — para perempuan tangguh yang selama berabad-abad menjaga denyut ekonomi rakyat Ambon.
Istilah “Papalele” sendiri berasal dari bahasa Portugis kuno papalvo, yang berarti menjajakan dagangan. Dalam keseharian masyarakat Ambon, sosok Mama Papalele mudah ditemui di sudut-sudut kota, menenteng bakul di kepala, menawarkan hasil bumi seperti pala, pisang, sayur, dan ikan dengan senyum tulus yang tak pernah lekang oleh panas dan hujan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Ambon, Christian Tukloy, menyebut pengakuan ini sebagai momen bersejarah.
“Ini bukan sekadar penghargaan, tapi pengakuan atas semangat dan peran besar Mama-mama Papalele sebagai pahlawan ekonomi keluarga Ambon. Mereka menjaga rantai pasok pangan lokal sejak masa kolonial hingga kini,” ujarnya.
Lebih dari sekadar jual beli, tradisi Papalele mencerminkan nilai-nilai luhur kemanusiaan: kejujuran, kerja keras, kemandirian, dan solidaritas sosial. Di tengah perubahan zaman, nilai-nilai ini menjadi napas yang menumbuhkan rasa saling percaya dan gotong royong di Kota Ambon.
Tukloy menegaskan, Pemerintah Kota Ambon akan memanfaatkan momentum ini untuk melestarikan dan mengembangkan Papalele sebagai ikon budaya dan ekonomi lokal.
Program yang disiapkan meliputi pembangunan sentra Papalele yang lebih layak dan representatif, penguatan promosi wisata budaya, serta edukasi bagi generasi muda agar memahami dan menghargai makna perjuangan para Papalele.
“Mama-mama Papalele adalah wajah ketahanan Kota Ambon. Dengan pengakuan ini, kita punya tanggung jawab bersama menjaga agar tradisi Papalele terus hidup dan berdenyut di jantung kota kita,” tutup Tukloy dengan penuh haru.
Dengan penetapan ini, Mama-mama Papalele bukan lagi sekadar simbol ekonomi rakyat, melainkan identitas kultural Ambon yang diakui secara nasional — sebuah kebanggaan yang lahir dari peluh, cinta, dan ketulusan perempuan Ambon menjaga kehidupan dari generasi ke generasi. (PM.007)