Ambon, Pelita Maluku — Ketua Umum Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Pdt. Jack Manuputty, menegaskan bahwa Gereja Protestan Maluku (GPM) memiliki peran penting dan strategis dalam perjalanan gereja-gereja di Indonesia. Pernyataan itu disampaikan Manuputty saat di wawancarai usai Pembukaan Sidang Sinode ke-39 GPM di Gereja Maranatha Ambon.
Ia menilai GPM bukan hanya bagian dari PGI, tetapi juga menjadi role model bagi gereja-gereja lain karena kemampuannya beradaptasi dan melayani di wilayah laut dan pulau-pulau kecil.
“GPM ini unik. Gereja yang hidup dalam konteks laut dan pulau, tapi mampu melahirkan karakter-karakter tangguh yang bisa jadi contoh bagi gereja lain,” ujar Manuputty.
Ia menambahkan, pengalaman GPM dalam mengelola konflik kemanusiaan dan membangun perdamaian lintas agama menjadi warisan penting bagi bangsa.
GPM, menurutnya, telah menunjukkan kemampuan berdialog dan berdamai dari luka masa lalu, hingga menjadi inspirasi dalam menghadapi kemajemukan di Indonesia saat ini.
“Dari konflik yang sangat nyata, GPM belajar memulihkan relasi dan membangun dialog lintas iman. Itu kekuatan yang dibutuhkan Indonesia hari ini,” tegasnya.
Lebih jauh, Manuputty berharap Sidang Sinode kali ini tidak sekadar menjadi agenda rutin lima tahunan, tetapi juga momentum untuk menetapkan langkah strategis menuju masa depan gereja yang mandiri, inklusif, dan berdampak.
Ia juga menyoroti pentingnya transisi kepemimpinan gereja yang tetap berpegang pada visi dan misi GPM sebagai gereja pelayanan dan kesaksian, bukan sekadar kepentingan pribadi.
“Pemimpin gereja tidak membawa visi pribadinya. Visi itu milik gereja. Karena itu, kepemimpinan baru harus memikulnya secara kolektif,” tandasnya.
Sidang Sinode ke-39 GPM diharapkan menjadi ruang lahirnya keputusan strategis untuk mengokohkan peran GPM menuju 100 tahun pelayanan, serta memperkuat kontribusinya bagi perdamaian dan pembangunan bangsa.(PM.007)