Ambon, Pelita Maluku — Koordinator Kampanye Anti Kekerasan terhadap Perempuan Maluku, Lussy Pelouw, menegaskan bahwa keamanan perempuan di Maluku masih jauh dari kata aman.
Seruan keras itu disampaikan dalam pembukaan Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan di Taman Galala bawah JMP, Ambon, Senin (25/11/2025), yang di hadiri Walikota Ambon Bodewin Wattimena, Wakil Walikota Ambon Ely Toisuta, ibu Ani Vanath dan Asisten III Pemprov Maluku Sartono Pining.
“Keamanan perempuan di Maluku belum terjamin. Kami masih menghadapi begitu banyak kasus dan tantangan dalam memastikan korban mendapatkan layanan terbaik,” tegas Pelouw di depan pemerintah, penegak hukum, akademisi, jurnalis, dan aktivis.
Mengusung tema “Gerak Bersama untuk Maluku Humanis”, kampanye ini berfokus pada gerakan kolektif untuk menghentikan segala bentuk kekerasan — fisik, seksual, ekonomi hingga psikologis — yang terus menghantui perempuan di berbagai wilayah.
Kampanye ini berlangsung hingga 10 Desember 2025, bertepatan dengan Hari HAM Sedunia. Pelouy menegaskan bahwa kekerasan terhadap perempuan tidak hanya melukai korban, tetapi juga merampas martabat manusia.
“Setiap tindakan kekerasan kepada perempuan adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia. Itu bukan sekadar pelanggaran sosial,” ujarnya dengan lantang.
Dalam kesempatan itu, Pelouw mengingatkan sejarah tragedi kakak beradik Minerva, Maria, dan Patria Mirabal yang dibunuh rezim diktator Republik Dominika pada 25 November 1960, dan kemudian menjadi simbol perlawanan dunia terhadap kekerasan perempuan.
Momentum ini, katanya, harus mendorong semua pihak untuk bercermin:
“Apa yang sudah kita lakukan untuk memastikan perempuan merasa aman di rumah, sekolah, jalan, bahkan di ruang digital?”
Agenda kampanye di Maluku mencakup:
Layanan kepada penyandang disabilitas di Pulau Buru
Aksi kampanye publik di Tugu Trikora
Edukasi dan sosialisasi di sekolah serta kampus
Publikasi pesan anti kekerasan setiap hari di media massa dan media sosial
Malam Puncak Refleksi HAM pada 10 Desember 2025
Gerakan ini diinisiasi oleh Gerak Bersama Perempuan Maluku dan Komnas Perempuan, sepenuhnya swadaya tanpa pendanaan pemerintah.
“Kalau kami aktivis bisa menggerakkan kampanye sebesar ini, pemerintah mestinya bisa bekerja lebih kuat. Perlindungan perempuan adalah tanggung jawab negara,” tekan Pelouw
Ia menegaskan bahwa gerakan anti kekerasan bukan soal perempuan saja:
“Laki-laki yang peduli pada kemanusiaan adalah bagian penting perjuangan ini.”
Di akhir sambutan, Pelouw menyerukan peran aktif seluruh elemen masyarakat agar Maluku benar-benar menjadi tanah yang aman bagi perempuan dan anak.
“Selamat Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan 2025.Kita bergerak bersama, untuk Maluku lebih manusiawi.” ujar Pelouw
REDAKSI PELITA MALUKU - AIS