Tiga Figur Mencuat di Sidang Sinode ke-39 dan Harapan Menuju Satu Abad GPM

Tiga Figur Mencuat di Sidang Sinode ke-39 dan Harapan Menuju Satu Abad GPM

"Anugerah Allah Melengkapi dan Meneguhkan Gereja Menuju Satu Abad GPM" (1 Petrus 5:10)


Ambon, Maluku-- Sidang Sinode ke-39 Gereja Protestan Maluku (GPM) tahun 2025 bukan sekadar forum tahunan untuk meninjau pelayanan, tetapi momentum penting yang menandai perjalanan menuju satu abad kiprah gereja yang lahir dari rahim sejarah Maluku. 

Tema besar tahun ini, “Anugerah Allah Melengkapi dan Meneguhkan Gereja Menuju Satu Abad GPM,” mengajak seluruh umat meneguhkan diri sebagai gereja yang kokoh, melayani, dan bertransformasi di tengah perubahan zaman.

Sidang yang dibuka secara resmi oleh Dr. Jeane Marie Tulung, Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama RI, mewakili Menteri Agama, serta disaksikan oleh Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa, menjadi momentum spiritual dan organisatoris yang dinantikan.

Di forum inilah, selain menetapkan arah pelayanan lima tahun ke depan, para utusan sinode juga akan memilih Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode GPM, posisi strategis yang akan menakhodai gereja dalam menyongsong satu abad perjalanan pelayanannya.

Dan di antara percakapan yang beredar, tiga nama mencuat kuat dalam wacana kandidat Ketua Sinode GPM: Dr. Hengky Herson Hetharia, Pdt. Sacharias Izaak Sapulette, dan Pdt. Dr. Rudy Rahabeat. 

Masing-masing datang dengan jejak pelayanan, pengalaman, dan kekhasan kepemimpinan yang berbeda — tetapi bertemu dalam satu panggilan: melayani dengan kasih dan tanggung jawab di rumah besar GPM.


*Dr. Hengky Herson Hetharia — Akademisi yang Menawarkan Perspektif Kelembagaan*


Sebagai mantan Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) periode 2021–2025, Dr. Hengky Herson “Sonny” Hetharia dikenal luas sebagai figur akademik dan organisator yang menekankan pentingnya pendidikan, riset, dan tata kelola kelembagaan. 

Di bawah kepemimpinannya, UKIM menempuh berbagai langkah perbaikan internal, termasuk penataan struktur rektorat, peningkatan akreditasi, dan pembinaan sivitas akademika.

Kehadiran Hetharia di gelanggang sinode menawarkan warna tersendiri: intelektualitas yang teruji dan pengalaman memimpin institusi pendidikan Kristen terbesar di Maluku. 

Kapasitas manajerial dan jaringan akademiknya memberi sinyal bahwa ia mampu mendorong GPM menuju model kelembagaan yang lebih adaptif, profesional, dan berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia.

Namun, di sisi lain, tantangan yang dihadapi Hetharia terletak pada persepsi: mampukah seorang akademisi menembus sekat administratif gereja dan hadir dekat dengan denyut kehidupan jemaat akar rumput? Di sinilah ia perlu membuktikan bahwa pemikiran besar harus berjalan bersama empati pastoral — bahwa ilmu dan iman, teori dan pelayanan, dapat berjalan seiring.


*Pdt. Sacharias Izaak Sapulette — Administrator Gereja yang Menawarkan Konsistensi*


Bagi warga GPM, nama Pdt. Sacharias Izaak Sapulette bukan sosok baru. Selama lima tahun terakhir, ia menjabat sebagai Sekretaris Umum Sinode GPM, peran yang menempatkannya di jantung administrasi dan dinamika organisasi gereja. 

Sebagai Sekum, ia terlibat langsung dalam koordinasi klasis, pelaksanaan program sinode, serta komunikasi internal antara majelis pekerja harian dan jemaat di berbagai wilayah.

Sapulette dikenal sebagai figur yang tenang, sistematis, dan menguasai detail manajemen organisasi. 

Pengalaman panjang di struktur sinode membuatnya memahami denyut dan tantangan gereja dari pusat hingga pelosok. Ia juga memainkan peran penting dalam mengawal kesinambungan pelayanan di tengah masa-masa sulit, termasuk pandemi dan perubahan sosial pasca-pandemi.

Kekuatan utama Sapulette adalah stabilitas dan kontinuitas. Namun, seperti halnya setiap pejabat yang sedang menjabat, tantangannya adalah bagaimana menghadirkan pembaruan tanpa menimbulkan kesan mempertahankan status quo. 

Dalam Sidang Sinode ke-39 ini, ia diharapkan mampu menampilkan visi strategis baru — sebuah peta jalan yang memadukan pengalaman dengan inovasi.


*Pdt. Dr. Rudy Rahabeat — Inovator Pelayanan dan Suara Reflektif Gereja*


Sebagai Wakil Sekretaris Umum Sinode GPM, Pdt. Dr. Rudy Rahabeat hadir dengan profil yang unik. Ia dikenal sebagai penulis reflektif dan pemikir teologis yang aktif berbicara dalam forum-forum pembinaan dan media gereja. 

Dalam beberapa tahun terakhir, ia menulis tentang pelayanan kontekstual, keberlanjutan lingkungan, dan relevansi iman di tengah realitas sosial Maluku.

Rahabeat merepresentasikan generasi pemimpin yang menggabungkan ketajaman analisis dan semangat inovasi praktis. 

Gaya komunikasinya terbuka dan visioner, menjangkau kaum muda gereja yang mendambakan perubahan dalam tata pelayanan dan manajemen gereja yang lebih digital, transparan, dan partisipatif. Tantangan baginya adalah memperkuat resonansi di tingkat klasis dan jemaat, memperluas narasi reflektifnya menjadi gerakan nyata di lapangan. 

Namun, di tengah arus perubahan dan kebutuhan pembaruan pelayanan, pendekatan progresif Rahabeat menjadi oase harapan bagi banyak kalangan.

*Menimbang Tiga Wajah Kepemimpinan GPM*

Ketiga figur ini menunjukkan tiga wajah kepemimpinan yang dibutuhkan gereja masa kini. Hetharia dengan kekuatan akademik dan manajerial melambangkan arah penguatan kelembagaan dan pendidikan teologis. 

Sapulette dengan pengalaman birokrasi gerejawi menghadirkan stabilitas dan kesinambungan administratif. Rahabeat dengan pandangan reflektif dan inovatif menawarkan pembaruan dan reorientasi pelayanan.

Bagi para delegasi sidang, pilihan di antara mereka bukan sekadar soal siapa yang paling populer, tetapi siapa yang paling siap menjawab kebutuhan GPM hari ini: gereja yang menghadapi tantangan modernitas, ekonomi, lingkungan, serta transformasi generasi muda jemaat.

Di tengah dinamika dan ekspektasi besar menuju satu abad GPM, ketiga tokoh ini sama-sama berdiri di garis panggilan yang sama: mengabdi bagi gereja, menguatkan iman, dan melayani dengan hati. 

Siapa pun yang akhirnya terpilih sebagai Ketua Majelis Pekerja Harian Sinode GPM, ia akan mewarisi tugas besar menjaga semangat sinodalitas, memelihara unity dalam keragaman, dan memimpin gereja untuk terus menjadi berkat bagi Maluku dan Indonesia.

Karena seperti tema Sidang Sinode kali ini mengingatkan, Anugerah Allah-lah yang melengkapi dan meneguhkan gereja-Nya. Pemimpin datang dan pergi, tetapi kasih, pelayanan, dan pengharapan itulah yang terus menyala menuntun GPM menuju seratus tahun yang penuh berkat dan tanggung jawab.***

Sumber : https://pelitamaluku.com/tiga-figur-mencuat-di-sidang-sinode-ke-39-dan-harapan-menuju-satu-abad-gpm-detail-460074