
BPIP Luncurkan Buku Pendidikan Pancasila di Ambon, Bodewin : Pela Gandong Simbol Toleransi dan Persaudaraan
Ambon, Pelita Maluku.com – Semangat kebangsaan membara di Kota Ambon. Lebih dari 300 guru dari SD hingga SMP berkumpul di Hotel Santika Premier Ambon, Kamis (24/7), dalam kegiatan sosialisasi peluncuran Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia.
Acara yang penuh semangat nasionalisme ini dibuka langsung oleh Kepala BPIP RI, Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D, dan turut dihadiri Wali Kota Ambon Bodewin Wattimena, Forkopimda, jajaran OPD Kota Ambon, serta sejumlah tokoh nasional dan daerah.
“Pancasila bukan hanya ideologi, tapi fondasi utama dalam membangun karakter bangsa. Kita butuh generasi yang bukan hanya hafal Pancasila, tapi benar-benar hidup dalam nilai-nilainya,” tegas Prof. Yudian dalam sambutannya yang disambut tepuk tangan peserta.
Sejak 2022, Pancasila telah ditetapkan sebagai kurikulum wajib melalui Peraturan Pemerintah Nomor 4. Kini, BPIP mendorong mata pelajaran ini menjadi bagian dari ujian nasional. Langkah serius ini ditujukan untuk memperkuat pondasi ideologi bangsa sejak usia dini.
Tak tanggung-tanggung, 24 Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila telah diluncurkan pada tahun 2023 — 12 untuk siswa, dan 12 untuk guru, dari tingkat PAUD hingga SMA. Buku-buku ini juga tersedia dalam format digital, agar mudah diakses oleh semua satuan pendidikan di seluruh Indonesia.
Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena, menyambut langkah ini dengan penuh optimisme. Dalam pidatonya, ia menyentuh pengalaman masa lalu Ambon yang sempat dilanda konflik sosial, namun bangkit kembali dengan semangat Pela Gandong simbol toleransi, persaudaraan, dan persatuan yang begitu kuat di Maluku.
“Nilai-nilai Pela Gandong sejalan dengan Pancasila. Di kota ini, Pancasila bukan hanya diajarkan, tapi benar-benar dijalani. Itulah kekuatan Ambon hari ini,” ujar Wattimena penuh keyakinan.
Sementara itu, Deputi Hubungan Antar Lembaga BPIP, Ir. Prakoso, M.M., melaporkan bahwa di Kota Ambon terdapat 585 satuan pendidikan formal dari PAUD hingga SMA/SMK dan SLB. Ia menekankan bahwa pendidikan Pancasila tak bisa sekadar ceramah atau hafalan, tapi harus menyentuh realitas siswa. “Pendekatannya harus dialogis, kontekstual, dan menyenangkan,” tegasnya.
Kegiatan ini juga memperkenalkan program pelatihan Training of Trainers (ToT) Maeswara, sebuah program strategis untuk mencetak guru sebagai pelatih ideologi Pancasila di sekolah masing-masing. Para peserta pun terlibat aktif dalam dialog interaktif, berbagi pengalaman, dan berdiskusi tentang strategi menghidupkan nilai-nilai luhur bangsa di ruang kelas.
Menutup kegiatan, Prof. Yudian menyampaikan harapan besar terhadap Ambon.
“Ambon adalah kota musik, kota keberagaman, kota toleransi. Dan Pela Gandong adalah Pancasila yang hidup — bukti nyata bahwa nilai-nilai itu bukan sekadar kata, tapi tindakan sehari-hari,” ujarnya mengakhiri.
Dari Ambon, gema Pancasila kembali menggema, bukan hanya di buku-buku teks, tapi dalam jiwa para pendidik yang siap menyalakannya di hati setiap generasi bangsa.
Belum Ada Komentar