Sehari Belajar Diluar Kelas Bersama Menteri Bintang
Ternate,
Pelita Maluku.com - Sebagai rangkaian peringatan Hari Anak Internasional tanggal
20 November, di tingkat global setiap tahunnya dilakukan suatu gerakan yang
diberi nama Outdoor Classroom Day (OCD) atau Sehari Belajar di Luar Kelas
(SBLK). Indonesia telah berpartisipasi dalam SBLK sejak 2017. Pelaksanaan SBLK
di Indonesia diintegrasikan ke dalam program Sekolah Ramah Anak (SRA).
Hal ini selaras dengan arahan Presiden yang meminta agar sekolah melakukan lebih banyak proses pembelajaran di luar kelas dari pada belajar di dalam kelas. “Melalui kegiatan SBLK, saya berharap anak Indonesia yang berada di semua satuan pendidikan dapat merasakan proses belajar yang menyenangkan. Kegiatan ini tetap sebuah proses belajar namun dilakukan di luar kelas dengan banyak sekali kegiatan yang lebih baik dalam membentuk karakter dan perilaku serta pembiasaan yang positif bahkan termasuk mendukung kebudayaan dalam bentuk permainan tradisional,” ungkap Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga dalam acara Sehari Belajar di Luar Kelas di SMP Kristen Harapan, Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, (7/11).
Menteri Bintang menambahkan, dalam kegiatan ini anak
melakukan kegiatan fisik yang menyenangkan, belajar sportifitas dalam permainan
tradisional.
“Saya berharap agar permainan tradisional ini dapat terus
dilakukan oleh anak-anak sehingga mereka dapat terhindar dari ketergantungan
pada gawai dan anak akan jauh lebih sehat,” tambah Menteri Bintang.
Pelaksanaan SBLK 2019 diikuti oleh seluruh satuan pendidikan,
terutama yang telah berkomitmen menuju SRA sebanyak 22.170 sekolah dengan
jumlah murid sekitar 2 juta murid dari semua jenjang pendidikan yang dilakukan
sekitar 3 jam di masing-masing sekolah. Fokus pelaksanaan SBLK 2019 di 9 titik
pantau, yaitu; Sulawesi Selatan (Kab. Bantaeng), Jawa Timur (Kab. Bojonegoro
dan Kab. Tuban), Lampung (Kab. Pringsewu), Sulawesi Utara (Kab. Minahasa),
Maluku Utara (Kota Ternate), Nusa Tenggara Timur (Kab. TTS), DI Yogyakarta
(Kab. Kulon Progo), dan Jawa Barat (Kota Bandung).
“Pelaksanaan SBLK tahun ini akan lebih semarak dari tahun
sebelumnya, dimana ada 10 nilai yang ditanamkan pada setiap murid selama 3 jam
tersebut, yaitu; pendidikan karakter, kesehatan, iman dan taqwa, gemar membaca,
adaptasi perubahan iklim, peduli dan cinta lingkungan, melestarikan budaya,
cinta tanah air, sadar bencana, dan mau dan berkomitmen mendukung SRA,” ujar
Menteri Bintang.
Sementara itu, Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Lenny N
Rossalin mengungkapkan Indonesia pertama kali mengikuti SBLK pada 2017 dan
menjadi terbaik kedua setelah Inggris berdasarkan jumlah sekolah yang mengikuti
SBLK dan beragam tema yang dilakukan dalam pelaksanaannya.
“Untuk pelaksanaan SBLK tahun 2019 Indonesia telah memiliki
aplikasi sendiri untuk pendaftaran kegiatan SBLK yaitu melalui aplikasi “Pentas
Anak” yang dapat diunduh melalui Google Play Store. Ke depan, diharapkan
kegiatan SBLK dapat diikuti lebih banyak lagi satuan pendidikan dari semua
jenjang.
Tentunya hal ini sebagai upaya mewujudkan pemerataan SRA di
Indonesia sekaligus meningkatkan nilai-nilai yang ditanamkan pada setiap murid.
Setiap sekolah juga dapat melakukan SBLK tidak hanya pada tanggal 7 November
tetapi bisa setiap minggu, atau setiap bulan, karena dampaknya sangat positif
bagi murid,” tutur Lenny.
“Semoga dengan kegiatan SBLK tahun ini akan semakin mendorong sekolah untuk melaksanakan kegiatan belajar yang lebih menyenangkan dan porsi belajar diluar kelas dapat lebih diperbanyak lagi sesuai dengan himbauan Presiden.
Kegiatan
ini diharapkan dapat mendukung pemenuhan hak-hak anak terutama melindungi anak
selama berada di sekolah. Keberhasilan SRA mendukung terwujudnya Kabupaten/Kota
Layak Anak (KLA) menuju Indonesia Layak Anak (IDOLA) yang diharapkan dapat
dicapai pada tahun 2030,” tutup Menteri Bintang.(PM.007)
Belum Ada Komentar