Petrus Fatlolon : Dari Tanimbar Untuk Maluku
Senin, 15 Maret 2021
PELITA MALUKU.COM
Bagikan

Petrus Fatlolon : Dari Tanimbar Untuk Maluku

Ambon, Pelita Maluku.com - Bupati Kabupaten Kepulauan Tanimbar Petrus Fatlolon bersama pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Tanimbar menghadiri audens bersama dengan Pimpinan dan anggota DPRD Provinsi Maluku.

Audens yang berlangsung di gedung DPRD Provinsi Maluku, Karang Panjang Ambon, Selasa (15/03/2021) untuk membicarakan porsi pembagian PI 10 persen bagi Kabupaten berjuluk Duan Lolat.

Dalam pertemuan tersebut, Bupati Petrus Fatlolon membacakan seruan rakyat Tanimbar terkait PI 10 persen bagi KKT sebagai daerah tempat dibangunnya Fasilitas LNG Blok Masela yang merupakan salah satu Proyek Srategis Nasional.

Pesan moral masyarakat Tanimbar yang di sampaikan Bupati Kepulauan Tanimbar Petrus Fatlolon saat mengakhiri pemaparannya pada Paripurna DPRD provinsi Maluku. berbunyi demikian, dari dinding-dinding batu depan karang-karang di utara Molo Malu sampai ke pasir putih tanjung lampu selatan selaru katong anak-anak Tanimbar ingin menggemakan suara.

Tapak demi tapak Maluku bangkit, tahun demi tahun Indonesia maju, masa demi masa kita bertekat mengukir sejarah sebagai anak-anak satu darah Maluku yang “Potong di kuku rasa di daging”

Ijinkanlah kami saat ini mengungkapkan  isi hati kami, atas semua kegelisahan yang kami rasa dan kami bawa untuk saudara-saudara kami yang sementara duduk bersama di saat ini.

Anak-anak Tanimbar telah menyerahkan isi perutnya yakni alamnya dan saudara perempuanya yakni tanah-tanahnya bagi Maluku dan bagi Indonesia dengan segala resikonya. 

Dengan tulus semua itu diserahkan agar Maluku dan Indonesia melompat maju mengejar cita-cita bangsa, itulah kayu berpalang yang dipikul Tanimbar dengan resiko ekonomi, politik, sosial, budaya dan lainnya.

Jangan pandang sebelah mata, diatas tubuh Yamdena saat ini paku-paku besi tertancap menghantam perut ibu dan saudara kandungku supaya Maluku berjaya supaya Indonesia bermartabat di mata dunia supaya Nusantara dihitung dan disegani diantara bangsa-bangsa. 

Jangan pernah dihargai sebelah tangan sebab kami bukan meminta belas kasihan atas 10 piring makanan diberikan sebab "JANGAN LUPA" piring-piring itu berjejar diatas ubi, mandekar, soli, wanat dida, teripang, lola bahkan menggesernya dari rumahnya kami meminta tempatnya diganti sebagai "HAK IBU TANIMBAR" yang anak-anaknya diserahkan, supaya anak-anak yang lain juga merasakan air susunya. Ia kini bukan hanya menyusui anak-anak Tanimbar tapi juga Anak-anak Maluku, bahkan Anak-anak Indonesia.

Demikiankah Ia dihargai ? Resiko itu Ibu Tanimbar Ambil, Ibu Tanimbar Pikul, Ibu Tanimbar Tulus. Hargai juga ia dengan ketulusanmu seperti engkau mengasihi ibumu. 

Tanah Tanimbar adalah Tanah bernyawa, yang juga rasa sakit dan menangis, yang berpeluh rasa sayang, yang bangkit dan memeluk Buru, Seram, Ambon, Lease, Banda, TNS, Kei, Aru sampai ke Barat Daya juga merangkul dan menggendong Sabang sampai Merauke dengan kasih tak terhingga, sayangilah ia, sebab saatnya semua orang akan berdiri diatasnya, rasakan perlukannya dan juga sakit dan tangisannya. 

Semua orang di tempat ini suatu ketika akan menginjakan kakinya di Tanimbar, dan akan merasakan detakan jantung berdenyut ditelapak kaki.

Kami yakin, denyutannya akan berbeda saat kemarin dan saat nanti. Sebab denyutannya akan mengikuti irama ketulusan tapi juga ketidaktulusan. Saatnya pasti kita rasakan. Itulah denyutan seorang Ibu yang ber-Tuhan, yang tahu keadalam hati anak-anaknya.

Hargailah ia sebagaimana ibumu engkau hargai, hargailah Ia karena Ia telah bersedia memberi diri bagi banyak orang.

Untuk itu kami meminta, berikanlah penghargaan yang pantas, penghargaan yang layak, yang lahir dari lubuk hati yang tulus. Saat banyak orang hitung untung, banyak orang iming-iming sorga kemajuan, tak banyak orang hitung sakit, tergusur, tersingkir, terkapar, tersudut, tersakiti itu sudah menjadi bagian kami yang diterima sepenuh hati bolehkah hal itu diberi porsi yang pantas. 

Inilah harapan kami, sama seperti saudara-saudara, kami pun punya sumpah atas tanah dan negeri kami, atas air, pohon dan semua yang menghidupi kami di bumi Tanimbar

Akhirnya, Tanimbar su kasih diri par Maluku dan Indonesia, jangan Rampas Tanimbar punya hak. Seperti kata pepatah Maluku yang berbunyi.

Sei hale hatu, Hatu lisa pei, Sei lisa sou, Sou lisa ei, yang artinya, Sapa bale batu, Batu gepe dia, Sapa langgar sumpah, Sumpah bunuh dia (Gilang)

Komentar

Belum Ada Komentar