Usemahu : Perlu Aksi Nyata Antisipsi Krisis Air
Rabu, 01 Mei 2019
PELITA MALUKU.COM
Bagikan

Usemahu : Perlu Aksi Nyata Antisipsi Krisis Air

Ambon. Pelita Maluku.com – Banyaknya tantangan yang dihadapi terkait masalah air, maka saat ini kelangkaan air bersih sangat berdampak, karena lebih dari 2 milyar penduduk dunia hidup tanpa air bersih, pengungsi, masyarakat adat dan penyandang disabilitas sering diabaikan ketika mereka mencoba untuk mendapatkan air bersih.

Untuk itu Peringatan Hari Air Dunia pada 22 Maret 2019 yang dirayakan bertemakan” Semua orang harus mendapatkan akses air bersih “ siapapun, dimanapun, semua harus mendapatkan air. Demikian disampaikan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Maluku Ismail Usemahu saat membacakan sambutannya pada peringatan Hari Air Dunia.

Menurutnya, peringatan hari air dunia yang tiap tahun diperingati sebagai bentuk usaha untuk menarik perhatian masyarakat akan pentingnya air bersih dan usaha peyendaraan untuk pengelolaan sumber air bersih yang berkelanjutan.

Dijelaskan orang nomor satu pada dinas PUPR ini, adapun tantangan yang dihadapi dalam permasalahan air berupa, persediaan air semakin berkurang karena cadangan air bersih tanah berkelanjutan.

Cadangan air tanah berkurang karena air hujan tidak masuk kedalam tanah , sebaliknya air hujan yang masuk mengalir ke sungai dan terus ke laut. 

Selain itu, krisis air bersih di Indonesia menjadi ironi karena sebagai negara yang kaya akan sumber air , Indonesia harusnya memiliki sumber air yang melimpah, namun kenyataannya setiap tahun masyarakat Indonesia menghadapi krisis air,pencemaran lingkungan dan berkurangnya resapan air menjadi penyebab masalah krisis air bersih. Padahal tiap tahun kebutuhan air bersih selalu meningkatkan sesuai laju petumbuhan penduduk.

Untuk menjawab tantangan – tantangan dan masalah tersebut Kata Usemahu, kementrian PUPR melalui Dirjen SDA dan Dinas PUPR Maluku berupaya melakukan peningkatan penyediaan air tanah untuk menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah. Pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga, kehidupan sehari-hari masyarakat dan kebutuhan sosial – ekonomi produktif seperti irigasi, listrik, terutama di wilayah defisit air, wilayah tertinggal dan wilayah strategis.

Pemecahan masalah terkait air tidak dapat diselesaikan hanya melalui pembangunan infrakstruktur oleh pemerintah, seperti pembangunan bendungan, waduk atapun instalasi pengelolaan air limbah, tetapi perlu adanya partisipasi langsung dari masyarakat, akademisi dan swasta untuk ikut menjaga mata air, melestarikan hutan dan air sungai, serta hemat dalam penggunaan air, sehingga segala permasalahan air yang ada dapat dikendalikan atau paling tidak dapat di minimalisir.

Untuk itu Kata Usemahu, perlu ada langkah-langkah penting yang harus diambil bersama dengan seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat dengan mengikutsertakan akademisi, perguruan tinggi , pemerintah daerah, pemerintah kabupaten/kota dan komunitas peduli.

Langkah-langkah yang perlu diambil jelas  Usemahu seperti, aksi bersih, sungai/danau, membangun tempat penampungan air, penanaman pohon, pembuatan lubang biopori dan pembersihan sampah.

Melalui aksi nyata ini diharapkan, terbentuk pemahaman dan kesadaran dalam masyarakat, bahwa mereka tidak hanya memiliki hak sebagau pengguna air tetapi juga memiliki tanggungjawab dan kewajiban untuk memberikan kontribusi dalam memelihara alam dan lingkungan yang merupakan sumber air, sehingga permasalahan terkait air dapat dipecahkan bersama melalui solusi yang efektif dan tepat sasaran,” Ujar Usemahu (PM.007)     

Komentar

Belum Ada Komentar