GPM Dipanggil Bertumbuh dalam Anugerah Allah, Bukan Sekadar Merayakan Usia
Minggu, 19 Oktober 2025
PELITA MALUKU
Bagikan

GPM Dipanggil Bertumbuh dalam Anugerah Allah, Bukan Sekadar Merayakan Usia

Ambon – Suasana penuh hikmat menyelimuti Gereja Maranatha Ambon saat ibadah pembukaan Sidang Sinode ke-39 Gereja Protestan Maluku (GPM) digelar, Minggu (19/10/2025). Ibadah dipimpin Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Jack Frits Manuputty, yang menyampaikan khotbah bertema reflektif “Bertumbuh dalam Anugerah Allah” sebagai bagian dari peringatan 90 tahun GPM.

Hadir dalam ibadah tersebut Gubernur Maluku beserta istri, anggota DPR RI Merci Barends, anggota DPRD Maluku Johan Lewerissa, Wali Kota Ambon Bodewin Wattimena, serta seluruh MPH Sinode GPM, peserta sidang dari berbagai klasis di Maluku dan Maluku Utara, dan ribuan jemaat yang memenuhi ruang ibadah.

Dalam renungannya berdasarkan 1 Petrus 5:10-11, Pdt. Manuputty menegaskan bahwa iman sejati lahir dari penderitaan yang diterangi kasih karunia Allah.

“Petrus tidak menolak luka, tapi melihatnya sebagai jalan pemulihan. Di balik penderitaan yang sejenak, tangan Allah bekerja — melengkapi, meneguhkan, dan mengokohkan,” tegasnya.

Ia mengibaratkan perjalanan GPM seperti tanah liat di tangan Sang Penjunan — diremas, dibentuk, dan dipulihkan menjadi bejana bagi kemuliaan Allah.

“Tidak ada penderitaan yang terlalu dalam sehingga anugerah Allah tak menjangkaunya. Ia menyusup ke celah luka, mengisi kekosongan, dan menyalakan kembali harapan,” ujarnya.

Pdt. Manuputty menyebut GPM sebagai gereja penyintas, yang tetap berdiri teguh di tengah sejarah panjang pergumulan.

“GPM bukan gereja korban, tetapi gereja yang bangkit. Ia membuktikan bahwa kasih karunia lebih kuat dari luka, dan kemuliaan Kristus lebih nyata dari gelora,” katanya.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa gereja yang bertumbuh dalam anugerah Allah adalah gereja yang mengubah penderitaan menjadi empati dan menghadirkan kasih nyata bagi sesama.

“Gereja tidak cukup hanya membawa Injil, tetapi menjadi Injil yang hidup,” serunya.

Menatap usia seabad pada 2035, Pdt. Manuputty mengingatkan agar GPM tidak terjebak dalam romantika masa lalu, tetapi membaca zaman dan memperbarui panggilan pelayanannya.

“Sidang Sinode ke-39 ini bukan ruang nostalgia, tetapi momentum untuk menafsirkan kembali anugerah Allah dalam keputusan-keputusan yang menuntun GPM ke depan,” tegasnya.

Ia juga menyoroti tantangan global gereja hari ini  dari krisis spiritual dan sosial, hingga kerusakan ekologis dan pergeseran teologi. Namun, ia meyakinkan bahwa Allah yang memulai karya ini juga akan menyempurnakannya.

Sidang Sinode ke-39 GPM akan berlangsung 19–25 Oktober 2025, dengan agenda membahas arah strategis pelayanan gereja menjelang usia ke-100 tahun. Momen ini menjadi panggilan bagi GPM untuk terus bertumbuh dalam anugerah, meneguhkan pelayanan, dan menyalakan harapan di Tanah Maluku. (PM.007)



Komentar

Belum Ada Komentar