![GP Ansor dan Pemuda Katolik Belajar „Minum Susu“ Di Pertapaan Santa Maria Rawaseneng, Temanggung](https://webicdn.com/sdirmember/35/34482/produk/ykvwp.jpg)
GP Ansor dan Pemuda Katolik Belajar „Minum Susu“ Di Pertapaan Santa Maria Rawaseneng, Temanggung
TEMANGGUNG , Pelita Maluku.com - Di kaki Gunung Sindoro,
Desa Ngemplak, Kandangan, Kabupaten Temanggung, berdiri sebuah biara sunyi yang
menjadi tempat tinggal para rahib Katolik dari Ordo Trapis (OCSO). Biara ini
berdiri sejak tahun 1953.
Lebih dari sekadar rumah doa, Pertapaan Santa Maria Rawaseneng adalah pusat kegiatan ekonomi mandiri yang melibatkan masyarakat sekitar.
Para rahib di sini menghidupi diri mereka tanpa bergantung pada sumbangan umat, dengan menjalankan berbagai usaha seperti perkebunan kopi, peternakan sapi perah, serta industri olahan susu dan roti. Di dalam kompleks pertapaan itu juga terdapat kafe dan pusat oleh-oleh yang menjual produk berbasis susu, seperti yoghurt, keju, wine coffee dan susu aneka rasa.
Keseluruhan produksi dikelola langsung oleh para rahib, bekerja sama dengan masyarakat sekitar, sehingga menjadi roda ekonomi yang menggerakkan desa dan mengurangi pengangguran. Apa yang dilakukan oleh pertapaan Santa Maria Rawaseneng merupakan proses industri terintegrasi.
Keberhasilan ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor dan Pemuda Katolik, yang mengunjungi Rawaseneng pada Selasa (18/2/2025). Mereka berkunjung untuk belajar langsung mengenai sistem peternakan dan industri pengolahan susu di sana. Istilahnya, kedua organisasi pemuda lintas agama ini belajar „minum susu“ di tempat itu.
Peristiwa ini juga disebut sebagai kunjungan bersejarah karena pertama kali ormas keagamaan datang bersilaturahmi ke pertapaan. Di tempat pengelolaan susu di pertapaan itu, para pengurus kedua ormas pemuda keagamaan itu sempat mencicipi lezatnya susu buatan Rawaseneng.
Mereka yang berkunjung adalah, Ketum GP Ansor, Addin Jauharudin dan didampingi para pengurus dari wilayah Semarang, Yogyakarta dan Temanggung. Sementara Ketum Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma didampingi pengurus dari wilayah Semarang, Temanggung dan Yogyakarta. Hadir dalam kunjungan ini Taprof (Pengajar) Bidang Ideologi Lemhannas RI AM, Putut Prabantoro. Rombongan disambut oleh perwakilan pimpinan pertapaan, Fr. Stefanus Octaviano Purnama dan Rm. Edy Prasetyo Pr yang bertugas di bagian penjualan produk pertapaan termasuk penanggung jawab kafe pertapaan untuk para pengunjung.
Ketua Umum PP Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma, mengungkapkan kekagumannya setelah melihat secara langsung bagaimana para rahib membangun usaha yang mandiri dan berkelanjutan.
“Kami mendapat kesempatan melihat dari dekat proses peternakan sapi perah terintegrasi di Rawaseneng. Ini bukan hanya biara tempat berdoa, tetapi juga pusat usaha yang melibatkan masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, banyak kader Pemuda Katolik yang sedang merintis usaha peternakan di berbagai daerah, seperti peternakan kambing Ettawa di Cianjur dan peternakan sapi di Nusa Tenggara Timur serta Bengkulu.
Kunjungan ini menjadi kesempatan untuk menyerap ilmu dan mencontoh praktik yang telah berhasil diterapkan di Rawaseneng.
Ketertarikan serupa juga diungkapkan Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor, Addin Jauharudin.
Ia melihat bagaimana peternakan di Rawaseneng tidak hanya menghasilkan susu mentah, tetapi juga mengolahnya menjadi produk bernilai tambah seperti yoghurt dan keju.
“Di tempat kami, peternak hanya menjual susu ke koperasi. Sementara di sini, kami melihat bagaimana susu dapat diolah menjadi produk yang lebih bernilai ekonomi,” katanya.
Baginya, model peternakan Rawaseneng bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain.
“Jika diterapkan lebih luas, ini bisa menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan peternak,” ujarnya.
Lebih dari sekadar pusat edukasi peternakan, Pertapaan Santa Maria Rawaseneng menjadi simbo lpersatuan di tengah keberagaman.
Stefanus Octaviano Purnama, OSCO, penanggung jawab pengolahan susu di pertapaan, menyebut bahwa mereka terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar.
“Pada intinya, kita belajar bersama untuk menjadi lebih baik. Kenapa tidak menjadikan Indonesia semakin satu tanpa memandang perbedaan?” katanya.
Bagi para rahib di Rawaseneng, kunjungan dari berbagai organisasi ini menjadi bukti bahwa kerja keras dan nilai kebersamaan dapat menyatukan banyak pihak.
“Ini adalah pertama kalinya kami menerima kunjungan seperti ini. Syukur-syukur ada tindak lanjut ke depannya. Kami ingin terus menjalin relasi tanpa melihat perbedaan yang ada,” tambah Stefanus. (PM.007)
Belum Ada Komentar