Pdt Rudy Rahabeat: Gereja Harus Kenosis dan Jaga Kedaulatan Pangan sebagai Warisan Budaya
Ambon, Pelita Maluku – Pdt Rudy Rahabeat, Wakil Sekertaris Umum MPH Sinode GPM menegaskan bahwa Gereja Protestan Maluku (GPM) harus memandang pesan sidang sinode bukan sekadar sebagai arahan sesaat, melainkan sebagai visi jangka panjang menuju satu abad perjalanan gereja. Hal itu disampaikan Rahabeat saat memberikan pembobotan terhadap hasil kerja komisi pesan persidangan, yang berlangsung di Gereja Maranatha Ambon, Jumat (24/10).
Dalam penjelasannya, Rahabeat menekankan bahwa pesan gereja harus terhubung dengan visi pelayanan jangka panjang sebagaimana tertuang dalam dokumen perencanaan sepuluh tahun GPM, yakni menjadi “gereja yang berbuah dalam ritual dan praksis pelayanan”.
“Pesan ini tidak hanya untuk hari ini atau tahun ini. Kita harus melihatnya dalam semangat menuju satu abad GPM, sebagaimana tertuang dalam dokumen besar gereja,” ujar Rahabeat.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya gereja mengambil peran strategis dalam isu ketahanan dan kedaulatan pangan. Menurutnya, masyarakat di wilayah-wilayah seperti Kepulauan Tanimbar telah memiliki kekayaan lokal berupa benih, umbi-umbian, dan sumber pangan tradisional yang patut dilindungi dari gempuran kapitalisme.
“Orang-orang Tanimbar punya benih dan umbi-umbian yang harus diproteksi sebagai kekayaan masyarakat. Gereja perlu punya posisi yang jernih dan cerdas dalam menjaga kekayaan lokal ini,” tegasnya.
Ia menambahkan, perhatian terhadap kedaulatan pangan bukan hanya soal bertahan hidup, melainkan bagian dari menjaga warisan budaya, identitas, dan martabat (dignity) masyarakat pulau-pulau kecil.
Selain itu, Rahabeat juga mengajak gereja untuk membangun teologi kenosis—yakni kesediaan untuk “mengosongkan diri”—agar pelayanan gereja semakin tulus dan berakar pada kasih Allah.
“Gereja ini harus kenosis, mengosongkan diri agar layak di hadapan Tuhan. Tapi di sisi lain, kita juga punya harapan menuju kepenuhan Allah, yang disebut pleroma,” jelasnya.
Menurutnya, dua kata kunci itu—kenosis dan pleroma—menjadi dasar spiritual gereja dalam membangun pelayanan yang berdaya, berakar pada budaya, dan berpihak pada kemandirian masyarakat lokal.
Dengan begitu, kata Rahabeat, pesan sidang sinode tidak hanya menjadi dokumen formal, melainkan kompas moral dan teologis untuk membangun gereja yang relevan, berdaya, dan berbuah dalam konteks zaman. (PM.007)









Belum Ada Komentar