Jakarta, Pelita Maluku — Di tengah sorotan nasional terhadap upaya percepatan penurunan stunting, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa muncul sebagai salah satu figur yang paling progresif.
Kerjanya bukan hanya di atas kertas — tapi menyentuh kehidupan nyata di lapangan.
Atas komitmen itu, pemerintah pusat menganugerahkan penghargaan Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) terbaik kepada Lewerissa pada Rapat Koordinasi Nasional TPPS 2025 di Gedung Adhyatma, Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Penghargaan diserahkan dalam forum bergengsi yang dihadiri Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka bersama para kepala daerah se-Indonesia.
Selain Maluku, hanya Jawa Timur dan Sulawesi Selatan yang masuk kategori penerima penghargaan terbaik.
Namun dari sisi konsistensi kebijakan dan pola gerakan masyarakat, Maluku disebut paling menonjol karena berhasil mengubah pendekatan program menjadi gerakan sosial berbasis empati: orang tua asuh cegah stunting.
Sejak awal 2025, Hendrik Lewerissa menandatangani Surat Edaran Nomor 400.7.13.5/89/2025 yang mendorong semua unsur pemerintah daerah, ASN, dan masyarakat untuk terlibat langsung menjadi orang tua asuh bagi anak-anak stunting di wilayahnya.
Bagi Lewerissa, isu stunting bukan sekadar angka, tapi cermin masa depan Maluku.
Gerakan Genting yang ia dorong menjelma menjadi gerakan moral lintas sektor — menggugah kesadaran bahwa anak-anak Maluku tak boleh tumbuh dengan keterbatasan gizi.
“Stunting bukan hanya soal gizi, tapi soal harapan. Kita tidak bisa bicara tentang masa depan Maluku yang hebat jika anak-anak hari ini tumbuh dalam kekurangan,” tegas Gubernur Lewerissa dalam keterangan resminya.
Komitmen itulah yang membuat pemerintah pusat menilai Maluku menjadi salah satu daerah dengan kepemimpinan paling berdampak dalam upaya penurunan stunting.
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam arahannya menegaskan, perjuangan melawan stunting tidak berhenti pada capaian statistik.
“Yang kita butuhkan adalah kepala daerah yang turun tangan, memastikan ibu hamil bergizi baik, balita terpenuhi nutrisinya, dan anak-anak tumbuh sehat,” kata Gibran.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi nyata lintas sektor dan mengapresiasi daerah-daerah yang mampu menjadikan isu gizi sebagai gerakan sosial, bukan proyek administratif.
Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Peningkatan SDM Sekretariat Wakil Presiden, Dyah Kusumastuti, menegaskan, keberhasilan Maluku menjadi contoh bahwa kepemimpinan visioner dan pendekatan berbasis empati mampu menurunkan stunting lebih cepat.
“Gerakan Genting menunjukkan kepemimpinan yang menggerakkan, bukan sekadar memerintah,” ujar Dyah.
Rakornas TPPS 2025 dihadiri 10 kementerian/lembaga, lebih dari 300 peserta luring dan 2.450 peserta daring, termasuk NGO dan mitra pembangunan.
Acara ini menegaskan target nasional menurunkan prevalensi stunting menjadi 14,2 persen pada 2029 dan 5 persen pada 2045 sesuai RPJMN 2025–2045.
Di tengah target ambisius itu, Maluku tampil sebagai provinsi yang tak sekadar mengikuti arahan pusat, tetapi membangun model gerakan lokal yang hidup di tengah masyarakat.
Penghargaan ini bukan sekadar simbol, tapi pengakuan atas arah baru kepemimpinan daerah yang menolak jalan seremonial dan memilih jalan perubahan nyata.
( PELITA MALUKU - AIS )