Jangan Biarkan Kurikulum Musik Tradisional Padam Hanya Karena Kekosongan Guru
Ambon, Pelita Maluku — Kurikulum muatan lokal wajib musik tradisional di Kota Ambon dinilai berada dalam situasi kritis.
Guru-guru pengampu yang sebelumnya membangun kurikulum tersebut kini mulai meninggalkan bidang pengajaran setelah diangkat sebagai P3K, sehingga proses pembelajaran di sekolah terancam terhenti.
Kekhawatiran ini disampaikan oleh inisiator kurikulum, yang juga Direktur Ambon Musik Office Ronny Loppies, yang menilai bahwa hilangnya guru musik sama saja dengan padamnya salah satu pilar utama Ambon sebagai Kota Musik Dunia.
“Guru-guru ini adalah ujung tombak. Kalau mereka pindah tanpa pengganti, kurikulumnya akan mati. Tidak ada yang lebih kita takutkan selain hilangnya identitas musik dari ruang kelas Ambon sendiri,” Ungkap Loppies kepada wartawan di ruang kerjanya Kamis, (27/11/2025)
Kurikulum musik tradisional saat ini jelas Loppies terlah berlangsung di lima SD dan lima SMP, dan selama ini menjadi sumber pembinaan karakter, kreativitas, serta kecintaan siswa pada budaya musik Ambon.
Kurikulum tersebut bahkan telah mengharumkan nama Ambon. Saat Ambon International Music Festival 2025, 10 sekolah pelaksana menampilkan karya luar biasa, dan mendapatkan apresiasi dari Kementerian Kebudayaan Indonesia, perwakilan Thailand, Ambon Music Office, serta label internasional Sony Music.
“Hasil itu bukan kebetulan — itu buah dari kurikulum. Sangat ironis jika keberhasilan tersebut justru tidak diperjuangkan keberlanjutannya sekarang,” tambahnya.
Menurut Loppies, masalah terbesar bukan pada materi kurikulum, melainkan keberlangsungan SDM pengajar. Karena itu ia meminta Pemkot Ambon, khususnya Dinas Pendidikan, mengambil sikap cepat dan konkret.
“Penataan, rekrutmen, atau penugasan kembali guru musik adalah kewenangan pemerintah. Kami hanya pembuat kurikulum. Maka kita berharap ada langkah nyata sebelum sistem ini benar-benar hilang,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan kembali komitmen Wali Kota Ambon, yang sebelumnya menyampaikan harapan agar kurikulum musik diterapkan di seluruh sekolah di Kota Ambon, bukan hanya 10 sekolah pilot project.
“Kalau Ambon ingin mempertahankan identitasnya sebagai Kota Musik Dunia, kurikulum ini tidak boleh dibiarkan padam,” tutupnya.
REDAKSI PELITA MALUKU - AIS









Belum Ada Komentar